Judul :
Tokyo
Author : Sefrayana Khairil
Cetakan : Pertama, 2013
Penerbit : Gagas Media
ISBN : 979 – 780 – 663 – 4
Tebal : x + 338 hlm
Sinopsis :
Rindu ini masih sama.Masih bercerita tentangmu.
Saat meliput Festival Kebudayaan Jepang di Jakarta, Thalia kembali mengenang perjalanannya
di Jepang. Dia mengingat sebuah nama, Tora. Seseorang yang berbagi tawa, canda,
bahagia, sedih, bahkan luka bersamanya dalam perjalanan 10 hari meliput di
Jepang. Semua bermula ketika Tora tidak sengaja merusak lensa telephoto milik Thalia, sehingga sejak
itu mereka bergantian menggunakan lensa telephoto
milik Tora.
Semua rencana Tora berantakan, semula dia hendak
menemui Hana, mantan pacarnya, untuk meminta kejelasan kenapa dia diputuskan.
Thalia pun memiliki niat lain pergi ke Jepang selain meliput, yaitu menemui
Dean untuk memperjelas hubungan mereka ke depannya. Namun kita tak pernah tahu
takdir yang menelusuri benang-benang kehidupan kita.
Pertemuan Tora dan Thalia menjadi sebuah titik
balik kehidupan mereka. Pertemuan yang membuat mereka memahami apa itu makna
‘cinta’. Bukankah ‘cinta’ selalu memiliki jalannya sendiri?
********
Akhirnya setelah memikirkan banyak hal, saya
membeli buku karya Sefryana Khairil. Makasii yang udah mau ngajakin ke
gramedia, selalu menunggu tawaran-tawaran berikutnya loh ;).
Ngga usah lama-lama ya. Saya mulai mengulasnya.
Jujur, saya pernah ngebaca jenis cerita yang sama
seperti ini, namun berbeda tempat dan berbeda pekerjaan dari segi tokohnya. Dan
setiap cerita memiliki keunikannya sendiri.
Saya suka cerita ini, mungkin disebabkan oleh saya
merupakan pecinta Jepang, jadi dari cerita ini saya mendapatkan
tambahan-tambahan pengetahuan tentang budaya Jepang. Mba Sefryana menjelaskan
sedikit demi sedikit kebudayaan Jepang dari perjalanan Tora dan Thalia, mba
Sefryana menjelaskannya tidak melalui bumbu deskriptif yang panjang lebar,
namun menjelaskannya dengan penuh antusias dari tokoh dalam cerita.
Namun ada bagian-bagian yang membuat saya bingung.
Terutama sudut pandangnya. Pertama sudut pandang Tora, lalu meloncat ke sudut
pandang Thalia. Mungkin itu sedikit kekurangannya. Terlalu banyak loncatan
dalam satu bagian, uwoooo, bingung :3.
Namun hal yang bikin aku jatuh cinta itu gaya
bahasanya mbak Sefryana, benar-benar jujur dan mengena, tidak mengada-ada,
ngaliiiiiir kayak air.
Aku menyimpan banyak harapan, bisakah ku jadikan semuanya pegangan? (hlm.136)
Saat kelak kamu mencariku, tetapi aku tidak ada, mungkin saat itu aku sudah tidak lagi menunggu. Tidak lagi ingin menoleh pada masa lalu. (hlm. 197)
Kita saling mengenal tanpa sengaja. Begitu jugakah cinta? (hlm. 212)
Kamu tahu apa yang tidak kita miliki dari masa lalu? Kesempatan untuk mengulangnya lagi. (hlm. 292)
Banyak banget quote-quote menarik tentang cinta di
dalam novel ini. Kalo yang lagi menunggu, jatuh cinta, patah hati, dan
lain-lain, disaranin banget baca buku ini. Soalnya buku ini bisa nyuruh kita
mikir tentang ‘cinta’. Namun quote-quote yang saya tulis itu benar-benar yang
saya suka. Hmmmm.
Temanya sih udah umum kali ya, all about love dah
di dalem cerita ini, namun dikemas jadi satu dan diangkat dengan teknik
penulisan dan alur yang menarik sama mba Sefryana.
Karakter tokohnya bisa dibuat sedemikian rupa
sehingga ngga ada cacat dalam penokohan. Mungkin kalian akan sedikit sebal sama
Tora yang terlalu pasrah, Thalia yang terlalu melihat masa depan yang semu,
Dean yang ‘sok super sibuk’, dan kalian akan suka dengan sahabat-sahabat mereka
yang selalu menyadarkan mereka , kalau perasaan itu harus diperjuangkan, jangan
terlalu pasrah, jangan gelap mata, dan bisa lebih terbuka dalam berpikir dan
bertindak.
Kira-kira berapa ya nilai untuk buku ini?
hmmmm, 3/5 :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan, komentar, harapan, atau keinginan kalian.. Membutuhkan saran dan kritik yang lebih banyak. Arigatou minna-san (/_\)